Sains Islam adalah sains yang dikembangkan berdasarkan pada petunjuk Al Quran. Al Quran merupakan wahyu dari sumber dari segala sumber ilmu yaitu Allah SWT, sehingga di dalamnya terdapat berbagai petunjuk kepada umat manusia secara keseluruhan sebagaimana disebutkan dalam QS Al Baqarah (2): 185.
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda…(QS Al Baqarah [2]: 185)
Lalu apa perbedaan sains islam dengan sains yang dikenal saat ini yaitu sains modern atau sains barat? Setiap bangunan sains berpijak pada 3 pilar utama yaitu pilar ontologis (subjek ilmu), pilar aksiologis (tujuan yang ingin dicapai oleh sains), dan pilar epistemologis (bagaimana atau dengan apa kita mencapai pengetahuan). Sains Islam dengan sains barat berbeda dalam pilar-pilar tersebut. Bangunan sains Islam secara keseluruhan berdasarkan prinsip tauhid yang bersumber dari wahyu. Sedangkan bangunan sains barat menjadikan materialisme sebagai pondasinya.
Pertama, pilar ontologis sains islam, yakni hal yang menjadi subjek ilmu, yaitu penerimaan terhadap realitas material maupun non material. Tinggi dan berat badan merupakan contoh realitas material, sedangkan rasa kasih sayang, tenteram, dan kecenderungan antara lawan jenis merupakan realitas non material, dan sains Islam menerima keduanya.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.QS Ar Rum: 21)
Sebaliknya, sains modern hanya menerima realitas materi dan pikiran. Sebagai dua hal yang berbeda dan terpisah.
Pilar kedua yaitu aksiologis, tujuan ilmu pengetahuan dibangun. Sains islam jelas bertujuan mengenal Allah melalui ciptaan-ciptaan-Nya, memperlihatkan kesatuan hukum alam, kesalinghubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagaibentuk ketundukan alam kepada Kehendak Ilahi. Dihasilkannya produk-produk yang memudahkan hidup manusia seperti berbagai teknologi, merupakan hasil sampingan dari tujuan mengenal Allah.
Sains modern menuju kepada anggapan bahwa Tuhan memulai alam semesta tapi kemudian membiarkannya. Tuhan pensiun, deus otiosus. Sains modern tidak memasukkan Pencipta dalam pemikiran mereka. Suatu ketika Napoleon menemui Laplace dan berkata, “Tuan Laplace, orang-orang mengatakan kepada saya bahwa Anda telah menulis buku besar mengenai sistem alam semesta dan Anda tidak pernah menyebut Sang Pencipta.” Laplace memberi jawaban yang sangat terkenal, “Saya tidak membutuhkan hipotesis itu.” Jika hipotesis berupa peran Tuhan saja tidak diperlukan, maka mustahil Tuhan menjadi tujuan dalam sains modern.
Pilar ketiga adalah bagaimana kita mencapai pengetahuan, pilar epistemologis. Dalam hal ini, sains islam menggunakan epistemologis sains modern, berupa metode ilmiah, ditambah penerimaan wahyu sebagai sumber inspirasi.
0 comments:
Post a Comment
Jangan Ada Unsur SARA!! Atau Spam!